Seorang montir asal Brasil Alfredo Moser menemukan sebuah cara ramah
lingkungan dan murah untuk memperoleh cahaya lampu. "Lampu Moser" kini
menerangi 140.000 rumah di Filipina.
Hanya dengan menggunakan botol plastik, air dan bahan pemutih (bleach),
Alfredo Moser menemukan cara untuk menghasilkan cahaya yang mencapai 40
hingga 60 watt. Kekuatan cahayanya melebihi beberapa bohlam lampu
biasa. Kepada BBC, sang penemu mengatakan, "Tuhan memberi matahari
kepada setiap orang dan cahaya adalah untuk semua. Siapa pun yang
memanfaatkannya bisa menghemat uang. Anda tidak akan terkena kejutan
listrik, dan harganya hampir gratis."
Lampu dari botol platik yang juga dikenal dengan sebutan "Mosers
Lamp" atau lampu Moser ini bisa menghasilkan cahaya berkat refraksi
sinar matahari. Moser menjelaskan, setelah botol diisi air "tambahkan
bahan pemutih untuk melindungi air agar tidak berubah warna menjadi
hijau (karena alga). Semakin bersih botol tersebut, hasilnya semakin
baik." Lalu atap rumah dilubangi. Botol dimasukkan ke dalam lubang
tersebut. "Botol direkatkan ke atap dengan resin poliester. Jadi walau
hujan turun, atap tidak akan bocor."
Penemuan Moser menarik perhatian Illac Angelo Diaz, direktur
organisasi MyShelter Foundation di Filipina yang membangun rumah dengan
menggunakan produk berkesinambungan. Ia memulai proyek Isang Litrong
Liwanag (satu liter cahaya) yang kini telah menghasilkan 140.000 lampu
botol di Filipina. Beberapa bahkan menggunakan lampu tersebut untuk
menanam sayur dengan cara hidroponik. Diaz melihat potensi besar
penemuan tersebut. "Alfredo Moser telah mengubah kehidupan banyak orang,
mungkin untuk selamanya."
Ramah Lingkungan
Selain itu, organisasi Diaz ingin mencapai efek positif bagi iklim.
Lebih dari 3.000 ton emisi karbondioksida per tahunnya dapat dihemat
dengan seluruh lampu botol plastik yang telah terpasang. "Lampu Moser"
memang tidak menyala di malam hari. Untuk itu Illac Diaz punya gagasan
baru. Uang yang sebelumnya digunakan untuk membeli lilin atau minyak
tanah, ditabung oleh penghuni kawasan kumuh, guna membeli lampu
penerangan untuk malam hari.
Botol direkatkan dengan resin poliester
Diaz menambahkan, "Ada sel surya di atas sini. Lampu botol
masih tetap meneruskan cahaya infra merah ke sini." Digantung pada
posisi yang tepat, di dekat lampu botol di atap, sel surya mengisi
listrik pada siang hari. Prototipe kedua: sebuah lempengan lampu LED
langsung dipasang dalam botol, dan diluar sana dipasang sel surya di
atap.
Ini teknik baru. Cukup terang tapi tidak murah. "Sebuah lampu
harganya 20 Dolar saat ini. Tapi seiring waktu, kami harapkan harganya
bisa turun hingga 10 Dolar sebuahnya." Lampu penerangan semacam itu
masih merupakan pengecualian. Tapi permintaan cukup tinggi. Di Filipina
saat ini 16 juta warga hidup tanpa pasokan listrik.