Salah satu amanat penting yang diberikan oleh pejuang untuk penerus bangsa ini adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Memberikan pendidikan kepada seluruh anak adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh penerus bangsa, bukan hanya berpangku tangan dan menyerahkan semuanya kepada pemerintah. Setiap individu bisa ikut berjuang untuk ikut mencerdaskan bangsa, memeratakan pendidikan.
Aksi untuk Indonesiaku ada di dunia pendidikan, terlahir dari dari ibu yang juga sebagai pendidik, memotivasi saya juga untuk menekuni profesi serupa. Setidaknya itulah jawaban ketika seorang dosen menguji dalam tes wawancara masuk program studi pendidikan guru sekolah dasar 6 tahun yang lalu. Dua tahun setengah mengeyam pendidikan di perguruan tinggi, mempelajari dan mempraktekan kompetensi yang harus dimiliki pendidik, kompetensi pedagogik dan profesional lalu ditunjang dengan kompetensi sosial dan pribadi.
Setelah lulus diploma dua, 2009 yang lalu menjadi tenaga pendidik sukarelawan di salah satu SD, sampai akhirnya ada tes CPNS untuk formasi guru. Syukur Alhamdulillah, saya diterima. Di saat banyak yang bilang kalau untuk jadi PNS itu harus bayar (menyogok) , itu tidak terjadi pada saya. Setelah memasuki dunia birokrasi, ternyata praktek-praktek KKN bukanlah berita saja, itu benar-benar masih banyak terjadi. Sebagai CPNS terserah pemerintah daerah mau menempatkan di mana. Di sinilah praktek kecurangan terjadi, ketika pemerintah daerah mengorbankan hak rakyatnya untuk mendapatkan pendidikan yang seharusnya sama seperti anak-anak kota. Siapa mau membayar, CPNS itu akan ditempatkan yang enak, fasilitas mudah didapat, tidak banyak kesulitan.
Bagi sebagian orang menganggap saya bodoh, setidaknya itu pernah saya dengar sendiri dari teman. Karena saya memilih untuk tidak mencari ‘jalan yang mudah’ dengan menyogok saja. Sebagai seorang pemuda, memang seharusnya begitu, menjaga idealismenya. Kesempatan kapan lagi bisa lebih bermanfaat dan memberikan sumbangsih untuk Indonesia. Jadilah saya ditempat yang jauh dari kota, dulunya SD tempat saya mengajar ini adalah SD terpencil yang terletak di pegunungan, 15 km dari kota kecamatan.
Dua tahun lebih sudah saya mendidik dan mengajar anak-anak di SD ini, setiap hari harus menempuh jarak 80 km untuk pulang pergi. Bukan hanya jalan yang sulit, tetapi masyarakat di daerah yang memiliki semangat ke sekolah yang tinggi belum diimbangi dengan semangat belajar yang tinggi pula, sekali lagi keterbatasa membuat mereka atau orang tua harus berjuang keras untuk memahami materi yang harus dikuasinya. Ini bukan hanya dialami di anak-anak di luar jawa, tetapi di jawa pun masih banyak anak belum mendapat haknya secara penuh. Menolak korupsi dan mengorbankan kemudahan, untuk mereka (anak-anak) yang lebih baik dan cerdas itulah aksi untuk Indonesiaku.